Proses
Terjadinya Angin Puting Beliung
Proses terjadinya angin puting beliung berbeda dengan pergerakan angin
pada umumnya. Karena ada perbedaan tekanan udara yang juga dipengaruhi oleh
penyinaran matahari maka udara panas yang lebih ringan dari pada udara dingin,
akan naik ke atas, sehingga tekanannya menjadi rendah. Akibatnya udara dingin
akan mengalir ke daerah panas. Aliran udara ini yang disebut Angin. Sedangkan angin puting beliung berasal dari
jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis (cumulus
nimbus) yang dekat dengan permukaan bumi. Jenis awan
berlapis-lapis ini menjulang ke arah vertikal mencapai ketinggian lebih dari 30.000
kaki. Bencana angin puting beliung dapat menimbulkan korban dan kerusakan
pada bangunan infrastruktur, tergantung dari skala intensitas anginnya. Semakin tinggi intensitas
angin maka akan semakin berat tingkat kerusakan yang ditimbulkan.
Angin puting beliung kejadiannya singkat antara 3-5 menit dengan kecepatan mencapai 40-50 km/jam atau
lebih, diikuti angin kencang yang kecepatannya beransur-ansur melemah.
Sedangkan angin kencang dapat berlangsung lebih dari 30 menit bahkan lebih dari
satu hari dengan kecepatan rata-rata 20-30 knot. Angin puting beliung yang
terjadi di Indonesia memiliki skala intensitas antara F1 dan F0 yang digolongkan pada
tornado lemah.
Sifat-sifat Angin Puting Beliung
Angin puting beliung tidak dapat diprediksi secara spesifik, hanya peluang
dalam batasan wilayah. Angin puting beliung
dapat dilihat atau dirasakan tanda-tandanya, dengan prediksi ½ - 1 jam
sebelumnya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50% (berdasarkan pengalaman). Sifat-sifat angin puting beliung, antara lain:
•
Angin puting beliung hanya berasal dari awan cumulus
nimbus (CB), bukan dari pergerakan angin muson maupun pergeraka angin pada
umumnya.
•
Tidak semua awan CB menimbulkan
angin puting beliung.
•
Daerah yang pernah dilanda angin
puting beliung kecil kemungkinan mengalaminya kembali.
•
Bersifat sangat lokal.
•
Bergerak secara garis lurus.
•
Umumnya terjadi pada siang atau sore hari.
•
Sangat sulit untuk diprediksi namun tanda-tandanya dapat diketahui di luar
rumah.
•
Terjadi di daerah lapang yang vegetasinya kurang.
•
Jarang terjadi pada daaerah
perbukitan atau hutan yang lebat.
Gejala
dan Peringatan Dini
Karena sifatnya yang lokal dengan luas kurang dari 10 km dan durasi yang sangat singkat, gejala angin puting beliung sangat perlu diketahui oleh kita, seperti:
•
Lebih sering terjadi pada peralihan musim kemarau ke musim hujan
(pancaroba).
•
Lebih sering terjadi
pada siang atau sore hari, tapi terkadang pada malam hari.
•
Satu hari sebelumnya udara pada malam hari dan pagi hari udaranya panas/pengap.
• Sekitar pukul 10.00
pagi terlihat tumbuh awan cumulus (awan berlapis-lapis), diantara awan tersebut
ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
•
Tahap berikutnya
adalah awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi hitam gelap.
• Perhatikan pepohonan
disekitar tempat kita berdiri, apakah ada dahan atau ranting yang sudah
bergoyang cepat, jika ada maka hujan dan angin kencang sudah
akan datang.
•
Terasa ada sentuhan
udara dingin di sekitar tempat kita berdiri.
• Biasanya hujan
pertama kali turun adalah hujan tiba-tiba dengan deras. Apabila hujannya
gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari
lingkungan kita berdiri.
• Terdengar sambaran petir yang cukup keras. Apabila indikator tersebut dirasakan oleh kita maka ada kemungkinan hujan lebat disertai petir dan angin kencang akan terjadi.
• Jika 1 atau 3 hari
berturut–turut tidak ada hujan pada musim penghujan, maka ada kemungkinan hujan
deras yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam
kategori puting beliung maupun tidak.
Tindakan
Mitigasi dan Adaptasi Bencana Puting Beliung
Beberapa tindakan yang
dapat dilakukan untuk mitigasi bencana
angin puting beliung, yaitu:
·
Membuat infrastruktur yang memenuhi syarat teknis mampu bertahan terhadap gaya angin.
·
Penempatan lokasi
pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung dari serangan
angin.
·
Penghijauan di bagian
atas arah angin untuk meredam gaya angin.
· Pengamanan pada bagian-bagian
yang mudah diterbangkan angin yang dapat membahayakan diri atau orang lain pada
saat terjadi puting beliung.
·
Memberikan pendidikan
kepada masyarakat mengenai bencana angin puting beliung.
·
Untuk para nelayan,
supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya.
Apa yang harus
dilakukan ketika terjadi puting beliung?
ü Menghindar dari pepohonan tinggi yang sudah rapuh karena bisa
tertimpa pohon.
ü Jika berada di dalam ruangan, segeralah ke tempat
perlindungan (bunker) atau berlindung di tengah-tengah ruangan pada lantai
paling bawah.
ü Jauhi sudut-sudut ruangan, jendela, pintu, dan dinding
terluar bangunan. Semakin banyak sekat dinding antara diri anda dengan dinding
terluar bangunan semakin aman.
ü Jika berada di luar ruangan, tiaraplah pada tempat yang
serendah mungkin, saluran air terdekat atau sejenisnya sambil tetap melindungi
kepala dan leher dengan menggunakan lengan anda.
ü Jangan berlindung di bawah jembatan, jalan layang, atau
sejenisnya. Akan lebih aman tiarap pada tempat yang datar dan rendah.
http://bnpb.go.id
BNPB. 2012. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi
Bencana. Badan Penanggulangan Bencana : Jakarta Pusat.
Chandra, Artha Nesa.
2009. Mengenal Angin Puting Beliung.
(Online. arthanesa.blogspot.com/2009/06/engenal-angin-puing-beliung.html?m=1, diakses tanggal 21 November
2014).
Kusnendar,
Ayla. 2013. Tips, Penanganan
Penanggulangan Bencana Angin Puting Beliung. http://www.korantangsel.com/2013/10/tips-penanganan-penanggulangan-bencana.html,
diakses tanggal 10 Desember 2014).
Nugroho, Eko Sapto, dkk. 2013. Geografi Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial untuk SMA/MA
Kelas X. Mediatama : Surakarta.
Nugroho, Sutopo Purwo. Kontribusi Geografi dalam
Membangun Ketahanan Bencana. (Power Point). Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.
Sugiyanto, Danang Endarto. 2014. Mengkaji Ilmu Geografi 1 untuk Kelas X SMA dan
MA Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Platinum : Solo.
Syahrudin. 2014. Pencegahan dan Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana di Kota
Banjarmasin. (Power Point. Disampaikan pada Sosialisasi Upaya
Penanggulangan Resiko Bencana bagi Kepala Sekolah dan Guru di Kota Banjarmasin
pada 13 November 2014).
Tim Penulis. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia.
Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BAKORNAS PB) : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar